Dibalik doa menjelang tidur...Menyisipkan Kompas Kehidupan pada anak.
Salah satu kegiatan favorite harian di keluarga Mama Millenia adalah rutinitas menjelang tidur.
Setelah melalui segala kegiatan yang melelahkan seharian, tiba saatnya untuk istirahat. Diantara guyonan bareng disela sela sikat gigi, cuci kaki, ganti baju dan hup lompat ke atas tempat tidur, saya merasakan kebahagiaan.
Biasanya dimulai dengan sang adik minta dibacakan buku cerita, tak lama kemudian saatnya berdoa. Hmm rasanya kebiasaan berdoa akan berbeda ditiap keluarga, tentu saja tergantung agama masing masing…tapi kalau saya boleh sharing… inilah cara saya memanfaatkan kesempatan sebagai seorang ibu untuk menyisipkan tambahan ‘kompas kehidupan’ bagi anak anak.
Dengan anak anak, doa dimulai oleh ‘highlight’ hari itu, misalkan ‘Terima Kasih Tuhan, karena saya sudah dapat bantu mama cuci piring dsb” bergantian kami menambahkan keberhasilan yang dicapai hari itu, merasakan syukur atas berkat yang diterima oleh seorang anak, seberapa pun kecilnya.
Berkat ini diterima, dirasakan karena kejadiannya ya baru hari itu. Masih jelas dalam memori mereka kebanggaan mencuci piring tanpa pecah. wujudnya adalah nyata dan terasa.
Lalu dilanjutkan oleh hal hal lain yang terjadi pada hari itu, bisa hal yang mengecewakan, hal yang menyakitkan, hal yang menyedihkan, hal yang kurang mengenakkan.
Kami bercerita kembali, didiskusikan kembali dan coba dicarikan jalan keluarnya, pemecahannya.
Setelahnya, baru kami mengucapkan doa baku, doa yang diharapkan/dihafalkan oleh anak (biasanya dengan kata kata yang sulit dimengerti).
Kesannya mudah ?
Tetapi sebenarnya saya sengaja pertama membuka doa dengan menyebutkan ‘keberhasilan’ dan hal hal positif yang anak anak capai hari ini, dengan harapan agar mereka selalu berusaha mencari hal hal positif di kehidupannya kelak. Membiasakan positive thinking, semoga dengan demikian mereka dapat tumbuh menjadi orang orang dewasa yang tahan banting. Berpegang kuat pada hal hal baik, mensyukuri berkat berkat seberapa pun kecilnya dalam dinamika hidup mereka.
Lalu dibahas dalam doa juga dengan hal hal yang kurang mengenakkan, hal hal yang negatif yang terjadi.
Pernah dengar pepatah “waktu menyembuhkan segalanya ?”
Menurut saya belum tentu.
Tetapi waktu dapat memberikan kita tempat untuk berpikir ulang, mengapa, kenapa dan bagaimana kita menyikapi kegagalan dalam hidup. Bila kita sudah dalam aura positif (mengingat segala keberhasilan hari ini), kegagalan tidak membuat kita layu, tapi diharapkan agar semoga dapat membuat kita bangkit memberikan pengharapan.
Setelah ritual ini, barulah doa baku diucapkan. walau kadang kadang saya sendiri terus terang kurang dapat merasakan artinya. Mungkin karena itu, saya ingin anak anak merasakan kedekatan denganNya dihari hari mereka.
Semoga mereka dapat terus berdialog, refleksi diri dengan sang Pencipta secara personal, secara langsung tanpa melalui serentetan kata kata yang tak dapat dipahami artinya.
Selamat Malam, semoga dengan doa malam ini kita berkembang menjadi manusia yang lebih baik.
Salam Sayang,
Mama Millenia.
No comments:
Post a Comment